Langsung ke konten utama

Kosan, Tempat Tinggal Sementara

Sekali lagi, tidak ada yang istimewa atau unik untuk diceritakan. Padahal saat itu hari jumat. Hari yang merupakan hari raya bagi umat muslim dan disebut-sebut sayyidul ayam karena banyak keberkahan dindalam nya. Meski begitu, hari itu aku merasa lelah. Lelah setelah seharian berkegiatan dari pagi sampai malam hari. Sampai-sampai pada khotbah jumat juga aku hampir tertidur pulas, untung saja aku tahan agar pantatku tak terangkat biar tak batal.


Namun ada cerita lucu di sore hari itu. Sore itu aku ditugaskan oleh ibu negara dan bapak negara untuk mencari kos-kosan sekitar Desa ku, yang dapat ditempuh dengan perjalanan kaki agar tak terlalu jauh dari rumah. Kosan itu nantinya diperuntukkan karyawan di rumah, karena tempat tinggalnya yang lumayan jauh dari rumah kami. Saat aku mencari-cari kosan sendirian, aku bertanya-tanya ke orang yang sekiranya tahu dimana biasanya orang menyediakan kos. Awalnya ku tanya ke Pak Udak, dia ini guru SD ku dahulu, namun sekarang sudah pensiun sejak beberapa tahun yang lalu. Ternyata Pak Udak juga punya kosan tapi sayangnya sudah penuh. Namun aku diarahkannya ke orang lain yang tidak jauh dari rumahnya, dia menunjukkan rumah di pojokan, tepi sungai. Saat ku tanya, ternyata ada yang kosong. Kosannya persis di depan rumah pemiliknya. Aku tanya harga, tiga ratus sampai tiga ratus lima puluh katanya, namun belum aku lihat keadaan kosnya seperti apa. Aku balik ke rumah untuk mengantar karyawan kami ini melihat langsung keadaan kos yang tadi aku cari. Sampai di lokasi kami ditunjukkan ke dalam rumah kosan yang telah dibagi-bagi per-kamar. Saat masuk ke dalam, ternyata kami langsung disambut oleh harumnya kotoran hewan. Kotoran itu ada dimana-mana, berceceran dilantai lorong. Aku langsung menahan nafas agar tidak terlalu menyengat ke hidung. Tapi sekuat apapun aku menahan, harumnya kotoran menembus juga sampai ke indera penciumanku. Lain aku, lain juga karyawan ku itu. Reaksinya lebih dari aku. Mulutnya tak henti-hentinya bertanya kenapa bisa ada kotoran hewan dilantai, kenapa tidak ada yang bersihkannya dan pertanyaan lainnya. Pemilik kos sepertinya sangat santai mendengar pertanyaan itu. Dia menjawab dengan santai kalau ini gara-gara pintu tidak ditutup dan memang banyak yang pelihara bebek, ayam dan kucing disekitar ini. Jadi engga heran lagi. Sembari dia menjelaskan harga dan kondisi ruangan, kami sudah tak kuat menahan penciuman kami. Segera setelah berbincang-bincang sebentar mengenai bayaran kami langsung pergi keluar. Tak lupa kami berpesan, kalau misalkan jadi menyewa kos, kami akan datang besok lagi. Tapi pikirku kosan ini seperti kosan yang ada dibilangan Jakarta atau kota-kota besar lainnya. Harganya terjangkau tapi biasanya angker atau dengan berbagai macam kendala yang ada, bahkan ukurannya yang sangat kecil sekali. Mungkin ini yang menjadi salah satu harganya lumayan murah. Karena masih belum cocok akhirnya kami keliling desa buat cari kosan di tempat lain. Aku mencari disekitar rumah padat penduduk dan dibantu oleh orang-orang yang aku kenal kami ditunjukkan ke tempat kosan yang ada disekitar situ. Tempat kedua, sebuah rumah yang juga disulap jadi kosan dengan disekat per-kamar. Saat mengucap salam penghuni kos tidak keluar-keluar, mungkin memang tidak terdengar sehingga kami harus mengucapnya berkali-kali dan sangat kencang sekali. Akhirnya keluar juga penghuni kosnya namun bukan dia yang kami cari. Yang kami cari adalah Mak Endah pemilik kosan tersebut. Saat kami tanya berapa harganya ternyata sangat jauh harganya dari yang sebelumnya. Harga ditempat kedua ini sekitar seratus dua puluh ribu dan jaraknya lebih dekat ke rumah kami daripada tempat yang pertana tadi. Sayangnya kami masih belum menemukan jawaban apakah masih ada kamar yang tersedia untuk satu orang karena kami tidak bertemu dengan pemilik kos. Kemudai kami ke tempat ketiga. Ditempat ketiga ini lumayan dekat jaraknya dengan yang kedua tadi. Tempat terakhir ini kami langsung bertemu dengan pemiliknya yang kebetulan adalah kakak kelas ku dulu di SD dan dia juga kenal denganku. Alhamdulillah saat ditanya ternyata masih ada kamar yang kosong namun berada dibelakang dan dekat dengan dapur. Keadaan kamar lumayan luas, bersih namun ada atap yang bocor. Katanya kalau kami jadi menyewa nanti akan langsung diperbaiki. Namun sayang harganya lebih mahal dari yang pertama tadi. Tempat yang terakhir ini harganya tiga ratus lima puluh ribu, tanpa kasur dan tanpa segalanya sehingga masih kosong dan hanya sebuah kamar saja berbeda dengan tempat yang pertama tadi. Walaupun lantainya penuh kotoran hewan tapi kamarnya sudah termasuk kasur dan kipas angin. Sehingga kami memutuskan untuk balik dulu ke rumah mengingat waktu yang sudah mulai malam. Keputusan tinggal ditangan karyawan kami itu, tinggal dia yang memilih mau menempati yang mana. Diantaranya ada tiga pilihan. Pertama, jarak lumayan dekat tapi tidak sedekat pilihan yang kedua dan ketiga. Kemudian harga relatif murah dengan fasilitas yang ada, namun kesan pertama sudah tidak enak, banyak kotoran hewan dimana-mana sehingga ini yang menjadi nilai minusnya. Kedua, jaraknya lebih dekat dari yang pertama, harganya lebih murah dibandingkan dengan yang pertama, namun kami belum bertemu dengan pemilik sehingga ini yang menjadi kendala. Ketiga, jaraknya dekat sama seperti yang kedua, sudah bertemu dengan pemilik kosnya tapi sayang harganya terlalu mahal untuk ukuran dan fasilitas yang ada sehingga ini yang menjadi bahan pertimbangan. 


Pekerjaan yang tetap, hunian yang layak dan pendidikan yang bermutu sudah sepantasnya menjadi hak setiap orang namun sayang hak itu belum sepenuhnya sampai kepada orang-orang disekitar kita. Ribuan sarjana bermunculan setiap tahunnya tapi tidak dibarengi dengan lapangan pekerjaan yang dapat menampung mereka semua. Pekerjaan yang tetap menjadi langka disaat kita sudah mengalami surplus informasi. Banyak orang yang masih belum memiliki pendapatan yang pasti. Bahkan banyak yang memikirkan apakah esok hari dia akan tetap makan nasi. Hunian yang layak sangat sulit untuk mendapatkan itu. Kita harus berjuang sedemikian rupa agar rumah impian kita dapat terwujud. Harus kredit bertahun-tahun baru mendapatkan apa yang sudah kita impikan itu. Sedangkan banyak rumah-rumah besar yang mungkin hanya ditempati segelintir orang. Banyak gedung-gedung tinggi menjulang ke atas namun banyak juga orang-orang yang harus rela tinggal dibawah kolong jembatan, tinggal di emperan toko, tidur di dalam gerobak dan tempat tak layak huni lainnya. Pendidikan sudah gratis dari tingkat dasar hingga atas namun masih banyak anak yang tak bersekolah dengan berbagai macam persoalan yang dihadapinya baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Padahal pendidikan adalah salah satu faktor penunjang keberhasilan seseorang. Namun begitulah keadaannya, sangat kompleks dan penuh rintangan, dari hulu ke hilir. Aku hanya optimis suatu saat akan datang masanya dimana masalah ini semua sedikit demi sedikit berkurang dan terselesaikan. Tapi entah kapannya itu kita tunggu saja.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengetahui Tafsiran Lafaz "Yasin"

Dalam al Quran terdapat beberapa surah yang dianggap memiliki fadhilah yang banyak atau dalam kata lain surah tersebut memiliki keistimewaan fadhilahnya. Namun hal itu bukan berarti menganggap surah tersebut paling istimewa sehingga surah yang lain tidak dianggap istimewa atau di nomorduakan. Karena sesungguhnya semua surah dalam al Quran adalah istimewa bahkan tiap huruf dan ayatnya kita akan mendapat pahala jika kita membacanya.  Surah Yasin adalah surah yang dianggap memiliki fadhilah yang banyak. Pada momen tertentu surah Yasin merupakan surah yang dipilih untuk dibacakan. Contohnya setiap malam jum'at kita membaca surah Yasin atau dihadapan orang yang sedang sakaratul maut kita membaca surah Yasin untuk meringankan proses pencabutan nyawanya.  Tetapi terdapat hal yang menarik dalam ayat pertama yang juga menjadi nama dari surah Yasin.  Ayat pertama yang hanya berbunyi "يس" memiliki beberapa tafsiran dari ulama. Walaupun ayat pertama surah Yasin kebanyakan diterjemahk...

Buzzer: Menjadi Oportunis dan Disintegritas Politik

Belakangan ini muncul sebuah postingan di X dengan username @angewwie yang bernama asli Angellie Nabilla mengaku merasa menyesal telah menjadi buzzer-nya Jokowi, mantan presiden RI yang ke-7. Ternyata hal itu merujuk pada saat Partai Solidaritas Indonesia memperkenalkan istilah Jokowisme yang dianggap memiliki gaya kepemimpinan yang progesif dengan segala kepopuleran Joko Widodo sebagai Presiden waktu itu. Pemilik akun X tersebut yang merupakan lulusan sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia menyebutkan bahwa pada saat itu ia memilih menjadi buzzer karena tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan tawaran yang dijanjikan sangat menggiurkan. Namun Angellie yang saat ini mengisi rubrik Chasing Reality dari Malaka Project berujar bahwa dia telah berhenti menjadi buzzer ketika sudah mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun dengan berbagai alasan apapun menjadi buzzer pemerintahan yang kotor adalah bentuk disintegritas yang nyata di dunia politik. Orang yang sudah terjangkiti dan menyicipi...

Pengantar Epistemologi Ibnu Sina

Hari kemarin sebelum aku tidur, aku niatkan betul-betul untuk segera menyelesaikan resume materi Short Course dari Ikalfu. Karena kadang kalau tidak diniatkan dengan kuat seringkalinya tidak terealisasikan dengan baik. Short Course sendiri adalah program dari Ikalfu (Ikatan Alumni Fakultas Ushuluddin) untuk meningkatkan kemampuan mahsiswa dan sebagai bentuk kontribusi alumni kepada Fakultas yang telah menyediakan tempat bagi alumni-alumninya berproses. Short Course ini dimulai dari pembahasan filosofis tentang persepsi yang dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan selanjutnya. Aku memulainya di waktu subuh hari ini. Subuh-subuh selepas sholat berjamaah di masjid aku bergegas menyalakan laptop dan langsung membuka rekaman video zoom meeting bulan lalu. Hari ini aku memulainya dengan materi tentang Epistemologi Ibnu Sina dengan pembicaranya adalah Dani Ramdani. Dani Ramdani sendiri merupakan alumni Fakultas Ushuluddin prodi Aqidah Filsafat, kemudian dia juga melanjutkan studinya ke jen...